Jumat, 21 November 2008

WABAH

WABAH

Hanindawan

Teater Gidag-Gidig Solo

Adaptasi : Sanggar Nuun


DI PANGGUNG HANYA TERDAPAT MEJA DAN KURSI KAYU YANG TIDAK BAGUS. DARI MEJA DAN KURSI ITU DIHARAP BISA BERUBAH BERIBU WAJAH.

INI SUDAH LARUT MALAM.

MAMAN, BEGITU YANG KITA KENAL, IA BERADA DI MANA-MANA DAN BISA SEBAGAI APA-APA SEHINGGA KITA SENDIRI KADANG TIDAK MENGENAL KITA SEBAGAI APA, PADAHAL MAMAN BISA SEBAGAI APA-APA.

MALAM ITU MAMAN SEBAGAI PENJAGA, IA BISA SEBAGAI P[OS RONDA, SATPAM YANG SEDANG JAGA MALAM, ATAU SEORANG DOKTER JAGA ATAU ENTAH APA LAGI. MAMAN SENDIRIAN BERADA DI KURSI ITU, IA MEMBENAMKAN KEPALANYA DALAM-DALAM. DI SAMPIN MAMAN ADA SEBUAH RADIO YANG MALAM ITU MASIH MERAUNG ENTAH MENYIARKAN APA. TETAPI SEBAGAI PENJAGA MAMAN PERLU BENAR MENDENGARKAN SIARAN ATAU BERITA DARI LUAR.

YANG TERDDENGAR HANYA SUARA RADIO, MAMAN TERTIDUR BEBERAPA SAAT KEMUDIAN MUNCUL TOKOH YANG LAIN, RUSDI. IA MENGENDAP-ENDAP KELIHATAN PENTING SEKALI.

RUSDI

Man, Maman, ini Rusdi Man. Rusdi yang datang. Man, Maman bangun Man, ini Rusdi, Rusdi datang (BERPINDAH TEMPAT, MAMAN MASIH TERTIDUR) Kenapa Maman masih tertidur. Man, penting Man. Rusdi datang kemari karena penting. Ini Rusdi sahabatmu. Teman akrabmu. (BERPINDAH TEMPAT. MAMAN MASIH TERTIDUR) Man, kenapa Rusdi datang kemari, Man, mendadak ingin ketemu Maman, soalnya penting Man. Saya Rusdi datang kemari Karena kehilangan muka, Man. Muka Rusdi hilang. Dicari dimana ya, Man. (BERPINDAH TEMPAT) makanya saya kemari. Karena Maman penjaga, siapa tahu kamu menyimpannya. Besok sebelum pagi, muka itu harus kupakai (MAMAN MASIH TERTIDUR DI MEJA, KUPINGNYA TERSUMPAL RASA KANTUK YANG TIDAK TERKIRA)

MUNCUL TOKOH YANG BERNAMA SURI, MEMBAWA SEBUAH ALAT MUSIK IA BERNYANYI MENGITARI PANGGUNG. NYANYIANNYA SUNGGUH TIDAK JELAS, TETAPI TERASA MENGIRIS-IRIS. TOKOH INI BANYAK MENGENAKAN WARNA PUTIH. SURI TERUS MENYANYI MENGITARI PANGGUNG. BEERAPA SAAT KEMUDIAN RUSDI YANG MERASA TERGANGGU DENGAN KEDATANGAN SURI MENGUSIRNYA, SURI AKHIRNYA KELUAR DARI PANGGUNG.

RUSDI KEMUDIAN MEMATIKAN RADIO.

MAMAN

(TERJAGA KARENA RADIONYA MATI. SEGERA PERHATIANYA BERPINDAH KEARAH RUSDI)

Rus, Rus, Rusdi!

RUSDI

Dicari dimana ya, Man?

MAMAN

Mulai main-main lagi.

RUSDI

(SERIUS DAN TERDENGAR IBA)

Tidak, Man. Rusdi tidak main-main.

MAMAN

Alaah, main-main

RUSDI

(SERIUS DAN TERDENGAR IBA)

Tidak, Man. Aku tidak main-main.

MAMAN

Main-main ah, ya main-main? Sudah berapa puluh tahun kamu tidak datang kemari. Maman masih ingat, dulu kamu palung suka main-main, apa-apa kamu mainkan. Tiba-tiba sekarang kamu muncul kembali dan …

RUSDI

Kalau yang ini serius, Man (MELETAKKAN TANGAN MAMAN DI DADA-NYA) Getarannya tidak seperti biasanya kan? Ini lebih kenceng (RUSDI BICARA DENGAN SEPENUH PERASAAN)

MAMAN

Kamu ya, yang mematikan radio ini?

RUSDI

Tolong dengarkan saya dulu, Man. Kamu kan sahabat saya.

MAMAN

(MENGHIDUPKAN RADIO LAGI)

Yang mematikan radio tadi kamu, ya?

RUSDI

Tolonglah, Man, Jangan dengarkan yang lain, dengarkan saya. Matikan dulu ya, Man.

MAMAN

(BERUSAHA MENAHAN RUSDI YANG HENDAK MEMATIKAN RADIO)

Oo, jangan. Jangan sedetikpun kita kehilangan apa yang bergetar di luaran. Di kantor-kantor, di pasar-pasar di stasiun, di jalanan dan sebagainya. Seluruhnya jangan sedetikpun dilewatkan.

RUSDI

(Menggebrak meja) Man! Itu semua yang menguliti muka saya. (MOVE) ia telah menjelma pisau, dan entah dengan kekuatan tangan siapa pisau itu menguliti muka saya. Setiap hari menggores dan kini hilang sama sekali. (MOVE, MERAUNG) aku mencari dan dengarkan!!!

MAMAN

(MEMBUNGKAM ) Bajingan jangan keras-keras! Ini sudah larut malam! Jangan bikin gusar! Aku penjaga disini! Jaga ketenangan! Aku sikat kamu! Sudah lama tidak ketemu, baru ketemu mau cari muka. Kepengin dipukul!! (MELEPASKAN BUNGKAMANNYA) Ach...tidak mungkin aku memukul. Tugaskukan menjaga bukan memukul. Tapi kalau ngotot awass!

RUSDI

Kenapa kamu tiba-tiba membungkam mulut saya?

MAMAN

(MENYERET KURSI KE SATU TEMPAT) Lihat ! Lihat!

RUSDI

Lihat apa?

MAMAN

Malam! Malam! Ini sudah malam! Sudah larut! Kamu tahu tidak?

(MENGEMBALIKAN KURSI KE TEMPATNYA)

RUSDI

Saya tahu malam sudah larut. Bahkan saya bisa merasakan serpihan kabut. Tapi kenapa tiba-tiba kamu membungkam mulut ku? Apa aku salah mengatakan itu? Kamu sekarang menjadi petugas yang menindak salah dan benar ya? Aku serius Man. Aku menemuimu karena bukan masalah yang enteng.......

MAMAN

(SEKONYONG-KONYONG MENGANGKAT KURSI) aku lempar kursi ini! (MELETAKAN KEMBALI ) mana mungkin aku melempari mu. Yang bertugas melempar-lempar kan ada sendiri bukan aku, si Maman.

RUSDI

Aku sahabatmu, Man. Sengaja menemuimu kamu aku pengin minta tolong padamu. Tolonglah bantu aku mencari mukaku. Benar Man, aku benar-benar kehilangan muka. Kamu kan sebagai penjaga barangkali kamu tahu dimana mukaku? Tapi kamu kayaknya nggak suka dimintain tolong ya, Man?

MAMAN

Tidak usah pakai teriak-teriak begitu. Apalagi sudah larut begini, mulutmu akan aku robek nanti. Paham!

RUSDI

Tapi ini penting, Man.

MAMAN

Sekali lagi ngomong penting tidak harus teriak-teriak. Selagi kuping tetangga kita ngaso.

RUSDI

Karena sedang ngaso itulah aku bangunkan agar mereka mendengarkan.

MAMAN

Mereka sudah mendengarkan. Meskipun mereka ngaso tetapi sebenarnya mereka terjaga.

TIBA-TIBA MUNCUL SURI MEMOTONG PEMBICARAAN

SURI

Man! Jangan ngawur kamu! Tahu dari mana kalau kuping mereka terjaga!

MAMAN

Kuping orang-orang tidak pernah mau tidur. Mereka selalu terjaga dan mendengarkan apa yang dibunyikan oleh radio, televisi, pidato presiden, menteri, DPR, orang-orang seisi pasar, tempat-tempat umum lain. Orang-orang tidak pernah melewatkan satu hurufpun apa yang ditulis oleh koran, majalah, buku-buku dan entah apa lagi begitu riuhnya arus itu sehingga membentuk gelombang yang luar biasa. Tetangga-tetangga kitapun kelihatan semakin khusuk menghadap gelombang itu. Tidak pernah tidur. (KEPEDA RUSDI) mengerti kamu jadi tidak usah teriak-teriak begitu mereka sudah mendengar

TERDENGAR ORANG-ORANG BERNYANYI RIANG TENTANG JALAN RAYA

SURI

Tapi yang kudapati lain Man. Setiap waaktu aku berjalan dari rumah ke rumah mengetuiki pintu yang masih tertutup tidak boasn-bosannya aku membangunkan mereka. Dan di rumah Rusdi pintunya telah aku ketuk entah berapa kali

RUSDI

Tapi yang paling keras saat matinya istriku. Lebih keras lagi saat matinya anak-anakku

SURI

Itu tanda artinya. Bahwa orang tidak hanya harus sekedar mendengar radio, televisi, dan berita-berita apa yang ada di luar sana

RUSDI

Itu semua menjelma sebuah pisau dengan sombong menguliti muka Rusdi.

MAMAN

Itu namanya gelombang. Yang arusnya dapat menggulung siapa saja. Kan sudah zamannya.

SURI

Kamu tahu dan mencatatnya?

MAMAN

Aku mencatat. Sebab aku bertugas mencatat aku berada dipinggir arus jalan raya itu tidak pernah ikut-ikutan. Lihat ini (KE MEJA KURSINYA) aku sebagai penjaga di sini. Sepanjang waktu. Gelombang arus itu berputar seperti gangsing dan orang-orang ikut berputar-putar. Atau lebih deraas lagi seperti angin topan. Hrrrr... (LARI MELINGKAR)

RUSDI

Dan aku berada di dalamnya

MAMAN

Ya dan kamu ikut-ikutan berada di putaran arus itu

SURI

Apa yang kamu catat dari Rusdi.

MAMAN

Rusdi itu suka nyolong. Pada saat Rusdi dipercaya rusdi nyolongh tanah rakyat untuk di jual.

SURI

Bagaimana rinciannya?

RUSDI

Jangan!! Jangan! (KEPADA MAMAN) Apa yang maman katakan sudah cukup. Perinciannya hanya ada pada aku

MAMAN

Pada saat Rusdi bekerja di sebuah perusahaan milik orang tiong hoa, istri Rusdi yang cantik menarik kewenangannya. Isterinya gampang tergiur, pada apa yang musim di jalan raya, penginnya tidak mau ketinggalan. Dan untuk melunasi keinginannya itu Rusdi akhirnya berbuat yang tidak-tidak. Dia sewenang-wenang, kepada atasannya dia menjilati, atau istilahnya korupsi.

SURI

Karena itu aku sadarkan dia. Aku ketuk pintu rumahnya. Karena arus itu, man. Arus itu berputar-putar begitu hebat seperti air bah menjeboli pertahanan orang-orang, sampai pada ketetangga-tetangga kita. Dan rusdi sekarang rupanya sudah tersadar.

RUSDI

Semula aku tidak mangerti, man

MAMAN

Tidak mengerti tentang apa?

Rusdi

Tentang semua ini

SURI

Karena Rusdi ikut-ikutan dan akhirnya terbawa arus itu, arus jamannya

MAMAN

Ya, arus itu memang kuat.

SURI

Kuat dan menyeretnya, hingga Rusdi menjilati atasannya. Tapi sebenarnya bukan atasannya yang ia jilati, tetapi kedudukan dan kekayaan yang diharapkan.

MAMAN

Tapi juga karena isterinya kan, juga para tetangga-tetangganya. Hingga ia berani-beraninya berbuat yang menjijikan.

RUSDI

Di mana sekarang? di mana muka ku? Aku benar-benar malu, Man. Kamu tahu man?

MAMAN

(TIBA-TIBA NGAKAK) Ah, kenapa aku ikut-ikutan tegang dan serius begini. Padahal ini kan persoalan rusdi bukan persoalan ku. Ah edan edan!! He he he rus, kamu terlalu tegang, padahal kan itu persoalan mu, ya? Kenapa aku ikut-ikutan tegang, terlalu serius. Sehingga sandiwara kita ini rasanya makin kenceng

RUSDI

Man aku tidak main-main, man. Aku serius. Ini persoalan ku. Tapi sebenarnya bukan hanya aku. di negeri ini ada berapa puluh juta orang seperti ku? Berapa, man, tentu kamu punya catatannya.

MAMAN

(NGAKAK) ya ya.... tapi jangan terlalu serius begitu

RUSDI

Sudah di bilang. Aku tidak main-main

MAMAN

Oke oke... serius! Serius (TERTAWA) asu. Serius. Sekarang apa maunya kamu?

SURI

Balik lagi balik lagi. Berulang-ulang Rusdi sudah bilang, Rusdi mancari mukanya sendiri.

MAMAN

Gila!! Jadi kamu kehilangan muka? Hilang bener? Aku kira main-main. Muka, muka sendiri kok bisa hilang.

SURI

Bukan hanya dia man. Banyak orang yang muikanya hilang karena tertindih rasa malu

MAMAN

Kenapa datang kepadaku. Sana lapor sama polisi!!

SURI

Polisinya juga banyak yang hilang mukanya.

MAMAN

Ya, jangan lapor pada ku aku kan hanya penjaga. Lapor sana pada orang-orang yang punya undang-undang.

RUSDI

Kepada siapa, man? Kepada DPR? DPR bisa apa?!

MAMAN

O wedus!! Apa-apa bisa. paling tidak menampung keluhan. Kalau sudah ditampung kan marem rasanya. Urusannya begitu kenapa lapornya sama aku.

RUSDI

Kamu kan sahabatku man.

MAMAN

Sahabat, sahabat!! Tapi mestinya orang kuat. Wali kota!! Kamu punya saudara wali kota tidak? Apa sukur kalau adikmu wali kota.

SURI

Walikota buat apa, man?

MAMAN

(NGAKAK) dia itu orang kuat. Batman! Hercules! Kuat menjebol pohan-pohon. Samson, kuat itu. Mampu meruntuhkan gedung. Jangan kayak aku. Satpam!! Penjaga!! Ya, bia apa satpam. Dia Cuma ngawasi kendaraan yang diparkir. Atau paling-paling njaga pintu. Pisau sih selalu dipakai di pinggang, tetapi hanya untuk perlengkapan kostum.

RUSDI

(BERTERIAK MEMANGGIL DIRINYA SENDIRI) rusdi!!

MAMAN

(LUNAK) ssssttt.... jangan keras-keras ya ini sudah larut, dari pada ndas mu tak tuthuk kursi, sebaiknya yang nurut aturan saja.

RUSDI

Gara-gara aku terjaga aku jadi menyadari punya muka. Tetapi disaat aku sadar aku justru benar-benar mendapati mukanya yang hilang, benar-benar malu.

MAMAN

Suri yang memberitahu kalau Rusdi yang kehilangan muka?

SURI

Aku hanya menyadarkannya supaya dia terjaga.Aku hanya seperti peronda.Merayapi gang demi gang, mengetuki pintu demi pintu. Menyanyi sepanjang waktu, mendatangi rumahmu.

RUSDI

Ayolah!!bantu aku, Man!!

MAMAN

Oke.oke, sekarang aku menjadi pembantu(membantu Rusdi mengganti meja kursi dari fungsi dasarnya).

MEJA DAN KURSI ITU KINI TELAH DIJEMPALIKKAN

RUSDI

Aku mau memburu mukaku. Akan aku kejar mukaku dimana ia berada!!

MAMAN

(tersenyum melihat tingkah Rusdi)

SURI

Muka yang telah dilupakan oleh pemiliknya, telah tyerkubur tertimbun debu arus jalan raya. Dan dia mengenakan muka cetakan yang lebih murni

MAMAN

(sambil tertawa kecil, mengajak Rusdi naik UFO)Kita naik UFO dilarut malam, kita akan terbang memburu muka Rusdi.

RUSDI

Rusdiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!!

MAMAN

(menyambut, dan suaranya seperti bergema didalam gua)halooooo Rusdiiiii.

RUSDI

Haloo Rusdi Disini.

NYANYIAN ARUS JALAN RAYA KEMBALI BERGEMA.Rusdi dan maman bermain meja dan kursi persis anak-anak Kecil. SURI DIAM DI TEMPATNYA BEBERAPA SAAT KEMUDIAN MUNCUL NARSI MELEPASKAN DIRI DARI ROMBONGAN NYANYIAN.

NARSI

Maman!Maaaaan!!

MAMAN

Heiiii Narsiii.

NARSI

Kemana Man?

MAMAN

Piknik..ASU..Eh(cepat membuka mulutnya segera membetulkan jawabannya)Ini membantu Rusdi!!Memburu mukanya sendiri yang hilang.

NARSI

Aku titip ya maan?

MAMAN

Oleh-oleh?

NARSI

Tolong ya, man, kalau nanti ketemu, sampaikan salamku.salam! ku kangen! Begitu ya, man.

MAMAN

Kepada Liong lie langgananmu?

NARSI

Naah..kan, langsung nyasar ke perasaan. (KEPADA SURI) Sur, bener kan. Tidak hany maman yang bilang begitu. Mas Kadi juga pernah bilang begitu persis Maman.

MAMAN

Habis, sudah larut malam begini masih keluyuran.

NARSI

Nah.. bener kan, kalau perempuan keluar malam selalu dicap jelek.Man, apa malam itu hanya milik kamu ya?! Mentang-mentang laki-laki mau monopoli!mentang-mentang punya kekuatan terus sewenang-wenang ngecap.

MAMAN

Habis, Malam-malam begini keluyuran mau apa kalau tidak mau anu. Bener nggak Rus?

RUSDI

Tidak tahu.

SURI

Jangan berpikir ngesex begitu, maan. Dia titip salam

MAMAN

(KEPADA RUSDI) Stop dulu Rus, Stop!. (TURUN DARI MEJA) Iya saya tahu. Salam pada langganannya kan? Sama liong Lie yang punya pabrik di pasar Gede? Dia kan sering boking Narsi saya tahu persis.

NARSI

Man, jangan ngiris-ngiris. kata-kata maman terus mengiris-ngiris perasaanku, padahal Narsi sudah teriris bahkan Narsi telah menjadi daging yang terserpih dicacahi pisau para jagal.

SURI

Jangan putus asa!. Lihat si Rusdi, dia sudah berangkat

NARSI

Kalau begitu salam sama Suri.

SURI

Jangan. Pada Maman saja dia akan mengikuti terus kemana Rusdi memburu mukanya. Suri punya tugas lain yang harus dikerjakan. Suri akan terus mengetuki pintu-pintu tetangga yang masih tetutup. Pada pintumu yang mulai membuka, jangan kau tutup kembali.

NARSI

Betapapun susahnya, Sur?

SURI

Ya..! Betapa pun susahnya. (KEPADA MAMAN) Man, Kita berpisah disini.Aku akan berjalan dari rumah ke rumah mengetuki para tetangga agar mereka terjaga, tersadar, sebab arus jalan raya terlalu kuat menyedot dan menyeretnya. Sudah, selamat bekerja.

SURI BERNYANYI DAN PERGI

RUSDI DAN NARSI

Surii. Dia yang mengetuk pintuku hingga kini aku tersadar.

NARSI

Rusdi sudah berangkat?

TERLIHAT RUSDI SEDANG ASIK MENJALANKAN PESAWATNYA

MAMAN

Sudah..Dia tidak perduli pada malam yang sudah larut.

NARSI

Sudah berangkat?

MAMAN

Sudah. Dia tidak perduli pada malam yang larut.

NARSI

Itu baik, Man. Bekerja keras namanya.

MAMAN

Yang bilang jelek siapa?

NARSI

Tadi, pada bagianku, kamu curiga. Padahal aku Cuma tiitip salam.

MAMAN

Kepada Liong Lie langganan gendutmu itu?

NARSI

Salah,! Narsi tidak titip salam pada siapa-siapa. Narsi titip salam pada mukanya sendiri, sedang kamu mencari mukamu sendiri?

MAMAN

(HERAN) Salam pada mukamu? ( KEPADA RUSDI) Rus, turun dulu Rus. Rus, Narsi titip salam pada mukanya sendiri, sedaang kamu mencari mukamu sendiri?

ARTI

(MUNCUL) Man! Arti juga menangis! Man Suri mengetuk pintuku. Sejak itulah Arti kepengin telanjang. Akhirnya arti datang kepadamu. Sebab kamu berjaga sepanjang waktu

MAMAN

Juga mau mencari muka? Gila?! Ini penyakit apa namanya, kalau banyak orang yang dijangkiti penyakit ini

RUSDI

(NAIK KAPAL KEMBALI) sudahlah, man, ayo kita mulai lagi kamu yang lebih paham tentang peta

NARSI

Aku ikut rus! (IKUT NAIK).

MAMAN

(KEPADA ARTI) kamu juga ikut naik

ARTI

(NAIK AGAK KESULITAN) salah sendiri, aku dulu tidak percaya diri.jadi aku ikut-ikutan terbawa.

RUSDI

Kemana dulu yang kita tuju?

MAMAN

Ini terserah pribadi. Masing-masing tidak kompak tidak apa-apa. Kalau dalam peribahasa kapal satu nahkoda dua, akan pecah, kalau di sini tidak. Kendaraan kita sangat tahu diri sangat menghargai sopirnya.

NARSI

Man, sopirnya kamu aja. Kalau sopirnya kamu enak. Soalnya kamu kan gede, jadi kuat jalannya

RUSDI

Bukan soal gede cilik kalau begini.

MAMAN

Ooo... dasar sudah propesi, kalau ngomong yang proporsional. Mau mencari muka, yang diurus soal gede cilik.

RUSDI

Aku juga setuju kalau maman sopirnya, sebab maman yaang lebih tahu liku-liku dan lorong jalan raya

MAMAN

(TIBA-TIBA TURUN DARI KENDARAAN) tidak mungkin, tidak mungkin. Pada adegan ini tidak mungkin maman menjadi sopir. Justru saatnyalah aku mencair, tidak ikut-ikutan.

ARTI

(KEPADA MAMAN) man ikut. Kamu harus ikut bersama-sama.

MAMAN

Aku tidak usah ikut tapi aku akan selalu bersama-sama. Kita akan ketemu dimana kamu berada

NARSI

Ayolah segera kita berangkat.

MAMAN

Bagus. Berangkatlah. Aku akan mengawasimu. Da daaaahhh...........!!! (HILANG, KELUAR PANGGUNG).

KETIGANY KINI SERIUS. CAHAYA BERUBAH-UBAH MUSIK MULAI MERAUNG MEREKA SEPERTI DALAM PESAWAT YANGSEDANG BERJALAN KENCANG SEKALI. SEMULA YANG KELIHATAN SEBAGAI SOPIR RUSDI KARENA RUSDI LAKI-LAKI, TAPI NARSI DAN ARTI SEGERA SADAR BAHWA SEBENARNYA MEREKA HARUS BERJALAN SENDIRI-SENDIRI. AKHIRNYA MEREKA MENJADI SOPIR SENDIRI-SENDIRI. CAHAYA KEMBALI BERUBAH KEMBALI TERANG MUSIK SEMAKIN HILANG. MULUT MEREKA KINI BERBUNYI. SEAKAN-AKAN SEDANG MENGENDARAI ENTAH APA NAMANYA.

MUNCUL SURI DENGAN NYANYIANNYA IA MELINTAS. MEREKA SANGAT RIUH KINI. DI PUNCAK KERIUHAN ITU MUNCUL KEMBALI SI MAMAN.

MAMAN

(BERTEPUK TANGAN, SEHINGGA KERIUHAN ITU HILANG, YANG ADA HANYA EKSPRESI-EKSPRESI MEREKA) ada rusdi yang hilang mukanya, karena diseret oleh jamannya. Kini mencari ia entah sampai di mana. Narsi meskipun sudah kangen kepada muka bayinya, tapi dia masih belum percaya diri pada mukanya. Kepada arti ia mencoba memburu pada apa sebenarnya wanita. Suri telah menyadarkannya, dengann cara mengetuknya. Sebab suri melihat bahwa orang-orang semakin lupa pada dirinya. Hyak!!! (MAMAN KEMBALI HILANG)

CAHAYA TIBA-TIBA GELAP. MUSIK MERAUNG. PADA SAAT CAHAYA MULAI TERANG TERLIHAT MEREKA BERADA DALAM JARING BESAR YANG TALINYA DIPEGANG OLEH BALAK YANG ENTAH DI MANA.

ARTI

Sudah berapa tahun aku memburu. Aku ingin menjadi diriku sendiri. Sebagai seorang ibu. Enak ya, jadi ibu. Memasak di dapur, bekerja membeli bubur, menggendong anak, dan meneteki. Ndongeng di rumah mendengar keluh kesah seorang laki-laki.

NARSI

Mbak arti, kalau mbak arti ketemu sama mbak arti aslinya, mbak Arti apakan?

RUSDI

Saya ajak jajan es!

ARTI

Ngawur!

RUSDI

Habis ngelak sekali saya. Aku sudah mencaridimana-mana. Seluruh gerbong stasiun sudah aku geledah. Ternyata tidak ada. Jangan-jangan aku salah jalan.

ARTI

Kupikir tidak jauh jalan menuju kembali. Tapi kalai dipraktekan ruwet juga ya? Tidak gampang ya, dik Narsi!

NARSI

Kalau aku belum yakin kok, mbak.

ARTI

Sudah berangkat kok belum yakin.

RUSDI

Apa Arti sudah yakin.

ARTI

Mula-mlua yakin lama-lama kok tidak yakin juga.

NARSI

Begini lho mbak, arti. Maksudku, Kenapa aku jadi pangling dengan mukaku sendiri.

ARTI

Jadi, kamu pangling sama mukamu, sendiri.

NARSI

Persis! Aku masih ingat secara persis! Semula aku agak pemalu. Apalagi paqda yang bernama laki-laki.

RUSDI

Tidak ada muka yang pangling pada mukanya sendiri.

ARTI

Saya juga sering pangling dengan mukaku sendiri.

RUSDI

Itu yang pangling kamu, bukan mukamu. Rusdi juga begitu.

MEREKA KELIHATAN SEPERTI ORANG-ORANG BEGO, STRESS DAN NGOMONG DIRINYA SENDIRI

NARSI

(TIBA-TIBA MEMANGGIL) mbak, dia mirip persis dengan mukaku, itu..itu.. (MENUNJUK KELUAR)

Rusdi

Ayo kejar, kejar!sebelum dia pergi jauh..

NARSI

AKU nggak mau. Aku saja sudah malu pada diriku sendiri, nanti dia malah ikut-ikutan malu seperti kena aibku.

RUSDI

Ah, kenapa kita jadi kebelit-belit disini. Ayuklah kita kendali lagi pesawat ini. Kita menyusup dan memburu di lorong-lorong yang belum kita tuju.

NARSI

Tapi, bukankah ini sudah yang terakhir. Dari seluruh jalan yang kita lewati. Mbak Arti sudah kapok, ya? Ayolah mbak ngomong, mbak. Ngomonglah mbak mumpung kita masih ketemu.

ARTI

Rasanya arti berada di persimpangan jalan, dik. Dan celakanya, saat ini Arti berada di perempatan, dan lampu pojok jalan raya berwarna merah semua, tidak ada warna hijau dan kuningnya. Begitu lampu merah menyala, begitu, yang ngganti juga merah warnanya. Ya, merah semua.

RUSDI

KITA putus asa?

ARTI

Bukan arti itu. Ternyata. Jalan yang kita lalui ruwet jalannya..

RUSDI

Apa benar kita salah jalan?

BALAK

(MUNCUL DAN TANGANNYA MEMEGANG TALI JARING ITU) balak yang menjaringnya! He, ingat tidak kepada sahabat mu yang paling jaya, paling kaya? Balak!

RUSDI

Balak!

BALAK

Inilah bahasa seorang sahabat kepada sahabatnya. Balak menonton drama ini sejak adegan pertama. Mula-mula Rusdi datang kepada Maman untuk mencari muka sebenarnya rasa malunya, kemudian Narsi dan Arti sahabatku tercinta. Dan entah pada adegan berikuttnya akan datang siapa lagi. Balak terlalu iba melihat kalian.

Ya, kalian itu rupanya pada sakit semua. Buat apa mencari muka selagi arus jalan raya masih menggelora. Kalaian mau bunuh diri di antara orang-orang yang kepengin hidup? Balak tidak rela. Karena itulah aku jaring, aku belokan pesawat kalian kemari.

RUSDI

(TERSADAR) gila, kita berada di dalam jaring. !(MENCARI JALAN KELUAR)

ARTI

Ya, Tuhan, kita berada didalam jaring ! !(MENCARI JALAN KELUAR)

NARSI

Habis kita terlalu asik sehingga di jadikan ikan yang di jaring, jadi tidak terasa!

RUSDI

Mana pintunya, mana pintunya?

BALAK

Pintu ada dimana-mana, tapi semua pintu telah aku kunci.

ARTI

Balak, jangan main-main kamu!

BALAK

Kalian sudah pontang panting, mencari muka dimana-mana. Buat apa kalian susah-susah mencari muka, sedang jalan raya-jalan raya, orang-orang pada menampilkan diri mencari muka. Kenapa kalian merasa kehilangan. Jangan terlalu rendah diri begitu. Bangun dan ikutlah denganku, bersama di jalan raya.

RUSDI

Copot dulu ini, nanti rusdi ceritakan seluruhnya!

BALAK

Oke. Balak memang sekedar mengoper pesawat kalian. Tapi tidak usah bercerita, balak sudah paham.

MEREKA BERUSAHA COPOT DARI JARING. DI BANTU BALAK. MUSIK MERAUNG. MEREKA KECAPAIAN. MEJA DAN KURSI DIKEMBALIKAN SEPERTI ADEGAN PERTAMA. MEREKA BERDIRI MEMBENTUK KOMPOSISI KECUALI BALAK. DIA DUDUK DI ATAS MEJA.

BALAK

My friend! Sudah lewat mana saja pesawatmu? Sudah cukup puas menyusuri jalan? Itulah kekeliruan yang pernah kalian lakukan. Yang di perlukan pada arus jalan seperti ini adalah sikap yang realistis, pragmatis dinamis tidak apa-apa kalau haru ngemis. Ngemis jangan diartikan sebagai menguliti muka sendiri. Kita artikan sebagai usaha! Usaha!

SEMUA DIAM. BALAK BERJALAN MENGITARI MEJA. DENGAN GAYA ELITIS. ENTAH DIA SEDANG BERPIKIR TENTANG APA.

RUSDI

Bagaimana, Ti, Ini Dukungan Apa Dorongan?

NARSI

Di kuping agak enak ya, Rus.

ARTI

Jangan-jangan justru ini muka kita yang selama yang selama ini kita cari.

WAJAH MEREKA TAMPAK KEBINGUNGAN SALING BERTANYA-TANYA

NARSI

Dia kan sahabat kita mbak, Balak.

ARTI

Siapa tahu dia wajah kita?

NARSI

Kok mbak Arti bilang begitu? (BARANJAK DUDUK)

RUSDI

(BERANJAK DUDUK) Rusdi tidak yakin, tetapiagak terganggu.

ARTI

Itulah yang saya bilang, jangan-jangan justru dia muka yang selama ini kita cari. Ayuklah kita cocokkan (BERJALAN KEARAH BALAK).

BALAK

Stop!

ARTI

(BERHENTI)

NARSI

Mbak Arti aneh-enh saja, saya jadi ikut penasaran

BALAK

Stop!

NARSI

(BERHENTI)

RUSDI

Balak! Siapa tahu kita cocok! Sudah bertahun tahun aku mencarinya. Siapa tahu ketemu disini. (BERHENTI)

MEREKA BERPANDANGAN. TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA SURI BERTERIAK-TERIAK MENGEJAR MAMAN. MASUK KEDALAM PANGGUNG.

SURI

Kamu sembunyikan dimana? Ayo kamu sembunyikan dimana, Mann!

MAMAN

Stop dulu, Sur! Stop!

SURI

Kamu sembunyikan dimana!

MAMAN

Bukan Aku, Sur!

SURI

(NGGERET TANGGAN MAMAN ) Mandeg dulu! Man, ngaku saja kamu sembunyikan dimana mereka!

MAMAN

Bukan Aku, sur. Aku tidak punya pamrih apa-apa pada mereka.

MAMAN DAN SURI BERHENTI BERLAWANAN DITENGAH ORANG BERKUMPUL. SEOLAH-OLAH ADA DUA KELOMPOK KEDUANYA TIDAK BERHUBUNGAN HANYA SALING LIRIK. TIDAK MAU IKUT CAMPUR

-----------

RUSDI

Bagaimana, Ti, cocok tidak?

BALAK

Harus cocok. Kalau tidak cocok bagaimana cara kita memandang supaya cocok.

-------------

SURI

Pesawat itu kamu colong ya Man?

MAMAN

Nyolong apa, Sur, Buat apa aku nyolong mereka. Mereka sudah berangkat

SURI

Kamu yang ngawal ketika mereka berangkat?

MAMAN

Ngawur, Maman tidak ikut mereka. Aku tidak berperan saat mereka berangkat

SURI

Kamu blasukkan dimana?

MAMAN

Itu urusa pribadi mereka

-----------------

ARTI

Tidak tahu, Aku benar-benar tidak tahu benarkah ini mukaku

NARSI

Aku juga tidak tahu, tapi yang jelas aku jadi tidak jadipemalu, aku bisa terbuka.

-------------------

SURI

Kamu ngaku saja Man. Aku kehilangan pesawat. Mereka tiba-tiba channel radar Suri tidak bergetar. Pesawat itu tiba-tiba tidak mengirimkan sinyal-sinyalnya. Apa ini namanya kalau tidak hilang?

-------------------

BALAK

Justru kalau tidak aku jaring, kalian akan hilang. Kalian akan terjerumus pada ketidakberdayaAn menghadapi apa-apa yang tumbuh dikanan kiri.

----------------------

MAMAN

Bener Sur Aku tidak pernah ambil bagian.Aku tidak memiliki kepentingan pribadi.

SURI

Tapi kamu tahu, Man pesawat mereka sekarang berada dimana?

-----------------------

BALAK

Disini. Disinilah pesawatnya aku kandang. Lalu saatnya kalian mengenakan kembali muka cetakan sekarang yang harus lentur beradaptasi dengan kebutuhan apa-apa yang membanjir dijalan raya.

RUSDI

Mukaku...?

BALAK

Harus muka yang sekarang

NARSI

Aku.....?

BALAK

Harus muka yang sekarang

ARTI

(MUNDUR) Aku tidak yakin

BALAK

Justru kamulah yang patut paling yakin karena kamulah yang memiliki bakat besar yang luar biasa yang bisa meladeni musim jalan raya.

ARTI

Benarkah ini mukaku?Aku tidak yakin

BALAK

Cocok, inilah mukamu yang selama ini yang kamu cari.

ARTI

Wanita..?

--------------------

SURI

Katakanlah, Man.. dimana mereka?Berjalan kemana pesawat mereka, dimana pesawat mereka sekarang? Kamu yang tahu, Man? sebab kamulah saksi peristiwa.

MAMAN

Sudah aku katakan aku tidak ikut mereka. Itu urusan pribadi mereka

-----------------------------

BALAK

Rusdi dan kawan-kawan..ayolah, kita sudahi pertanyaan yang justru akan mengganggu. Sekarang kalian bersamaku kembali mengembara. Memanen buah yang tengah musim di jalan raya.

RUSDI

(RAGU-RAGU TAPI AKHIRNYA IKUT DIBELAKANG BALAK)

NARSI

Kita ganti haluan Rus?

RUSDI

Mencari muka dengan cetakan yang sekarang

BALAK

Yang dipentingkan harus berani menggasak yang harus memiliki muka yang berwarna-warni.

NARSI

Kayaknya cocok ya, Rus. Ayo Mbak ikut.

ARTI

Aku tidak yakin harus kemana.!

---------------------

SURI

Anak-anak....dimana kamu?berpeganganlah pada apa yang paling baku dihatimu. Air Bah itu terlalu deras menjeboli pertahananmu. Anak-anak.....dimana kamu...?

--------------------------

BALAK

Kita berangkat.!Ingat harus balik arah tujuanmu. Hidup...!!!

(MENGENDARA PESAWATNYA)

ARTI

Aku tidak mengerti harus kemana

------------------

SURI

Maaan.......Katakanlah dimana anak-anak?(SAMBIL MENANGIS)

LAMPU PADAM. TINGGAL MENYALA DIBAGIAN MAMAN.

MAMAN

Gelombang itu telah menjaring. Pesawat itu telah berubah arah tuju. Aku mencatat. Aku selalu mencatat. Inilah arus jalan raya. Banyak orang yang sakit ..muka siapa yang menyebarnya..!!! Tetapi Suri mengetahui pintu-pintu agar orang-orang terjaga, tetapi ingat, tidak gampang.!

MUSIK KEMBALI MERAUNG. SANDIWARA SELESAI. LAMPU PADAM

ADAPTASI SANGGAR NUUN

2 komentar:

Marianus mengatakan...

wah... bagus mas...
bisa buat skenario drama neh...

Fathulloh mengatakan...

yup.... Masmarianus juga suka teater yaa..??