SANGKAN PARAN
Perjalanan Musik Tiga Zaman
Naskah/Skenario
Oleh : m. naufal
Prolog
Sangkan Paran menjadi sebuah landasan pemikiran kreatif untuk melahirkan kesadaran manusia melalui musik teatrikal. Berpijak pada sejarah kehidupan manusia melewati peradaban tiga zaman ( zaman batu, zaman logam dan zaman modern ) menjadikan inspirasi menciptakan sebuah karya besar untuk menunjukkan kawruh ajaran hidup bagi seluruh manusia. Dengan menggunakan berbagai unsur suara yang ada di alam ini mulai dari berbagai macam batu, bambu, kayu, besi, demikian juga alat tradisional dan modern seperti gamelan, bonang, kendang, rebab, drumm, bass, guitar, keyboard dan lain sebagainya. Unsur performance aktor dan didukung dengan setting panggung serta lighting menjadi perpaduan yang harmoni untuk menciptakan nilai estetis dan memiliki ruh sebagai landasan untuk memahami simbol sebuah kehidupan.
Sangkan Paran merupakan “ngelmu”’ Jawa yang mengajarkan asal mula keseluruhan yang ada dan kemana tujuan akhirnya. “Ada” dalam artian “Maha KesatuanTunggal Semesta” adalah langgeng abadi. Inilah seharusnya pegangan hidup manusia karena manusia merupakan ‘persenyawaan’ dari tiga unsur : bumi lan langit, cahya lan teja, serta”‘dzat urip”. Ketiga unsur tersebut bersifat langgeng pada “azali”-nya, dan “kahanan pernyawaannya” adalah tidak abadi. Sangkan berarti proses mensenyawa, sementara paran merupakan “kahanan” setelah mengurai kembalinya pernyawaan tersebut.ss
Tiada yang tertinggal, seluruhnya hilang menjadi satu wujud, roh dengan jasad. Luar-dalam ini hilang. Seluruhnya kembali kepada yang menitipkan, kembali dalam ketiadaan. Setelah segalanya menjadi dan terus bergerak menjadi kesatuan harmoni, mengajak manusia untuk melihat semuanya menjadi satu keseluruhan, jika tidak maka akan muncul sebuah, maka jika ada manusia yang terus menerus memejamkan satu diantara kedua matanya maka sesungguhnya dia telah menghilangkan satu dari anugerah semesta (Tuhan). Jika dari salah satu anugerah itu hilang maka akan menghilangkan keseimbangan semesta ini, dan Jika hanya ada kebaikan maka akan mempercepat kehancuran dan sebaliknya.
BABAK I
SILUET
Dunia di penuhi dengan bayang-bayang kebingungan mencari arah jalan kehidupan yang sejati. setumpuk kebingungan manusia saat ini dan yang akan datang. [Komposisi musik kolaborasi musik modern dan tradisional]
a. Panggung dalam keadaan gelap (performance stand by di stage 1 bagian tengah dan pemain musik stand by di stage 2 dan 3. Backdrop stage 2 dan 3 masih dalam keadaan tertutup )
b. Jalan bersamaan : Performance manusia dalam kebingungan dan keresahan di stage 1 di sorot lampu merah/pemain gamelan di stage 2 (backdrop putih masih menutup gamelan dan pemainnya) memunculkan kesan siluet para pemain musik gamelan/komposisi musik opening(keresahan).sesekali ada bayangan berkelebat di atas panggung stage 2
c. Komposisi musik fade out bersamaan dengan hilangnya siluet di stage 2/performance di stage 1 seperti tak terkendali masuk dan kembali pada zaman batu.
d. Performance di stage depan membentuk komposisi orang bertapa mengelilingi gundukan batu dengan effek asap di atas batu tersebut.
Note : Panggung di bagi menjadi tiga stage:stage1 di panggung depan, stage 2 di panggung tengah dan stage3 di panggung belakang. Batas antara stage 1 dan 2 tertutup back drop warna putih dan batas antara stage 2 dan stage 3 tertutup dengan backdrop warna hitam.stage 1 tersebar batu yan berserakan dan tumpukan batu seperti candi di bagian tengah. Posisi alat musik gamelan di stage2 , keyboard dan drumdan lainnya di stage 3.
BATU
[menceritakan tentang sejarah zaman batu. Di mana manusia belum mengenal sebuah peradaban dan hidup masih sangat tergantung kepada alam yang ada di sekitarnya. Pencarian yang tidak jelas akan kekuatan alam masih bersifat sangat sederhana sekali. Sebuah komposisi musik dari batu dan vokal primitif tercipta mengiringi ritual animisme dan dinamisme (Komposisi Music Ritual Primitif ini bernuansa Black Magic dan ketakutan kepada kekuatan-kekuatan jahat ].
a. Panggung dalam keadaan hening menunjukkan belum ada kehidupan. Semuanya tenang seperti menunggu lahirnya nafas-nafas kehidupan. Tiba-tiba ada suara hebat seperti dentuman bom yang menggelegar. Kemudian performance mulai melakukan ritual primitif, (mengeksplor gerak tubuh dan vokal primitif saja).
b. Dalam keadaan yang bebas, tak sengaja ada performance yang menyentuh batu dan menimbulkan suara dan kemudian dijadikan untuk mengiringi ritual mereka hingga membentuk beberapa komposisi perkusif dari bebatuan.
c. Sampai akhirnya komposisi performance dan musik batu mencapai titik klimaks dengan ditandai perubahan-perubahan halus.
Note: komposisi musik murni dari bahan dasar batu seperti performance menggesekan antar batu untuk membuat senjata berburu, batu menumbuk batu, batu di pukul-pukul ke lantai, batu untuk membunuh hewan dan komposisi lainnya.bila perlu bisa juga memakai keyboard untuk mendukung suasana agar lebih hidup dengan memakai voice yang sesuai tapi jangan sampai menghilangkan kesan dan kehidupan zaman batu.
KAYU
Demi meraih sebuah peradaban ternyata manusia memerlukan waktu yang sangat panjang, sehingga pada prosesnya tidak berjalan dengan mudah. Perubahan sedikit demi sedikit selalu berjalan meskipun dalam situasi yang amat rumit bahkan terkadang penemuan itu awalnya hanya sebuah kebetulan dan kemudian dijadikan kebiasaan. [Nilai komposisi yang ditonjolkan adalah nilai perkusif melodis bernuansa romantis picisan, sedangkan alat tiup tradisional merupakan pendukung dan penguat emosi belaka. Bentuk ini bejalan sampai pada suasana emosi yang semakin memuncak dan menemukan sebuah kebosanan dan masih terbatas dalam ritual-ritual].
a. Performance dan komposisi batu tidak begitu saja menghilang, komposisi bebatuan terus berlanjut dengan nilai dan bobot yang lebih sedikit.
b. Tiba-tiba ada beberapa performance masuk ke stage 1 dan mulai memainkan beberapa komposisi dari kayu, selanjutnya komposisi batu dikurangi sedikit demi sedikit hingga pada akhirnya hilang sama sekali digantikan dengan alat-alat yang berbahan dasar kayu dan bersifat perkusif.
c. Sebuah peradaban mulai masuk tapi masih sangat sederhana sekali. komposisi alat-alat membran seperti jimbe mulai melengkapi dan mengisi beberapa komposisi batu dan kayu.
d. Setelah beberapa saat komposisi di atas berjalan tanpa jeda, kemudian disusul dengan alat-alat melodis yang berbahan dasar kayu dan bambu yang masih dianggap sebagai alat primitif seperti gambang, seruling, saluang dan alat-alat tradisional lainnya.
Note: Alat-alat yang memungkinkan untuk digunakan antara lain sepotong bambu, bilahan bambu,atau alat apa saja yang di buat dari bahan dasar bambu tapi masih bersifat sederhana, potongan kayu dan bahan -bahan yang dapat menghasilkan efek-efek suara kayu. perfotmance yang di pakai misalnya ; usaha menyerut dan memotong kayu dengan batu, panah primitif yang di mainkan talinya,dan beberapa alat yang memungkinkan untuk di eksplor untuk menghasilkan efek-efek suara yang memungkinkan diambil nilai perkusif atau melodisnya.jika bisa tetap bisa memakai keybiard sebagai pembangun suasana.
BABAK II
LOGAM
Logam mulai mewarnai kehidupan manusia. Namun kenyataan yang terjadi justru sangat berubah drastis dan mencekam menimbulkan ketidak tenangan. Suara hiruk pikuk manusia dengan rasa cemas karena perbudakan, perang dan perebutan wilayah manusia. Kecemasan dan ketegangan terus berlanjut dan mencapai titik klimaks sehingga harmoni yang pada mulanya berupa kecemasan dan perang perlahan berubah menjadi nuansa kedamaian. (kesan primitif masih sangat terasa namun sudah mulai di tinggalkan dengan perlahan-lahan, nuansa profan mulai membangun pada komposisi ini).
a. Efek–efek suara besi masuk dengan mengejutkan di sertai dengan suara melengking dan hiruk pikuk manusia dari luar panggung mengacaukan komposisi sebelumnya. (pergantian komposisi tetap halus dan continyu).
b. Beberapa orang membawa lempengan besi, tameng, cemeti dan benda-benda tajam membentuk performance perbudakan dan perang. Nuansa hiruk pikuk dan kehancuran akibat perang dan perbudakan sangat kental di tonjolkan dalam komposisi ini.
c. Setelah beberapa saat komposisi di atas berjalan mulai muncul Harmoni ketenangan dan kedamaian dari komposisi gamelan (di stage 2 danbackdrop putih mulai terbuka perlahan) yang berjalan pelan namun sangat kuat ruhnya. Meskipun nuansa mencekam itu masih ada dan masih kental, seakan terdistorsi oleh nilai profan yang mulai mewarnai kehidupan. Sesekali masih ada perang yang mengajak manusia untuk merenungkan keberadaan dirinya sebagai manusia. (beberapa komposisi gamelan murni masuk pelan dan menggantikan komposisi perang dengan nuansa perenungan menggunakan syair-syair tembang jawa).
bait 8,13 dan 14 tembang pangkur
Socaning jiwangganira, Jer katara lamun pocapan pasthi Lumuh asor kudu unggul, Semengah sesongaran, Yen mengkono kena ingaran katungkul Karem ing reh kaparawiran Nora enak iku kaki Tan samara pamoring sukma, Sinuksmaya winahya ing ngasepi, Sinimpen telenging kalbu, Pambukaning warana, Tarlen saking liyep layaping aluyup Pindha pesating sumpena, Sumusuping rasa jati Sejatine kang mangkana, Wis kaenan nugrahaning Hyang Widhi, Bali alaming asuwung, Tan karem karameyan, Ingkang sipat wisesa winisesa wus, Mulih mula mulanira, Mulane wong anom sami. | gambaran jiwamu, akan terlihat dari tutur kata, tidak mau mengalah maunya menang sendiri, senang menyombongkan diri, jika demikian bisa dibilang terlena, suka ribut..gak baik itu nak! jangan cemaskan tentang sukma, menghayati dan membuktikan didalam keheningan, yg disimpan didalam batin, sebuah gerbang pembuka, dari suasana hening dan sayup, seperti sebuah mimpi, merasuk dalam rasa batin sebenarnya situasi itu, sudah mendapat anugrah Tuhan, kembali ke alam hening, tidak senang dalam keramaian, yg bersifat kuasa-menguasai, kembali ke alam asal, tempat orang muda berasal |
d. Komposisi terakhir gamelan mengantarkan peradaban manusia masuk ke zaman edan (komposisi dengan ending puisi dari Pupuh Sinom bait ketujuh Serat Kalatida karya Ronggowarsito)
Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Milu edan nora tahan
Yen tan milu anglakoni
Boya kaduman melik
Kaliren wekasanipun
Ndilalah karsa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lan waspada
Artinya:
Hidup didalam jaman edan, memang repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati,
tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman
tidak mendapat apapun juga. Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan.
Bagaimanapun juga walaupun orang yang lupa itu bahagia
namun masih lebih bahagia lagi orang yang senantiasa ingat dan waspada.
BABAK III
MODERN
Manusia telah memiliki peradaban baru dengan segala isinya,tekhnologi dan tetek bengeknya. Karena itu, berbagai hal yang muncul akibat perjumpaannya dengan realitas berikut seabrek fenomena kehidupan yang dilampauinya. Semuanya cuma membelenggu daya jelajah manusia, bisa saja dengan seketika menjadi layar proyeksi diri karena fenomena-fenomena tersebut ternyata mampu juga membangkitkan kegelisahan-kegelisahan eksistensialnya. Hal ini menjadi bagian-bagian jagat manusia yang harus dimaknai. segala gejala indrawiah merupakan medium bagi manusia untuk melacak sangkan-paran yang sifatnya ilahiah. (komposisi musik lebih kepada perpaduan seluruh alat yang ada dengan menonjolkan berbagai komposisi manusia modern, mulai dari klasik, jazz, nge-band, pop, rock dan di sertai puisi dan lagu yang bernuansa pencarian tiada terhenti dan penuh dengan tanda tanya).
a. Di akhir Komposisi gamelan, performance gamelan tiba-tiba tersentak dan shock dengan kemunculan performance gitar yang di ikuti performance bass. (komposisi klasik gitar bass mulai bermain sementara komposisi gamelan terhenti dan performance gamelan meninggalkan panggung dengan kemarahan yang luar biasa )
b. Performance gitar dan bass berjalan sendiri memainkan beberapa komposisi klasik.
c. Kemudian di ikuti munculnya performance key board dan drum mengisi komposisi gitar dan bass serta beberapa alat modern (memainkan komposisi jazz dan band pop/backdrop stage 3 mulai terbuka)
d. Setelah beberapa kompoisi berjalan , Pemain gamelan perlahan lahan mulai masuk dan menyatu menghasilkan beberapa komposisi kolaborasi antar keduanya (beberapa komposisi gabungan, komposisi musik puisi dan kompoosisi lagu).
Puisi :
Muksa
Diam tidak seperti batu
Diam tidak seperti air
Tahu, namun tidak ada yang memberi tahu
Manusia menjalani laku menuju muksa
Tanpa kesadaran dan petunjuk, kosong
Tidak dapat di ceritakan musnahnya
Telah di gariskan, yang nyata yang dipakai
Sebuah anugerah wahyu pribadi
Kecongka’an pikiran dan tingkah laku
Ada di puncak gunung
Suaranya keras membuat penuh
Bila ada orang datang, berkata: “gaduh”!
Bagaikan rebana besar di tabuh
Menciptakan suara nyaring, seraya dibuka tidak ada isinya
Hanya penyesalan yang tersisa
Kesempurnaan adalah kemusnahan
Batu, kayu, bumi, matahari, bulan, langit, angkasa raya, air, samudera, api,
Intan mulia, permata merah, timur- barat, utara- selatan, atas- bawah
Semuanya menghilang
Semuanya musnah
Ambiretno sebagai tirainya
Menyatu dan itulah ketiadaan
Kesempurnaan sifatnya rahasia
Dia sabar, rendah hati dan bersifat ksatria
Bentuk lahir dan batin tidak tercecer
Bagaikan menyatu dalam sebuah cetakan
Tidak ada rasa khawatir
Harumnya tersimpan dalam hati yang jernih
Inti kehidupan berkilau tidak berwarna
Tidak dapat di tunjuk dan tiada bertempat
Sebuah tanda telah nyata menguasai petunjuk-Nya
Mulia seperti semula
Dalam sebuah detak ketiadaan
-------------
June‘08
e. Pencarian komposisi terus berjalan mengeksplor sesuai keinginan ,hingga akhirnya menemukan titik kejenuhan dan hanya tinggal ketiadaan.
f. Panggung kembali sepi, hanya ada suara detak jantung manusia.
Selalu ada sebentuk kerinduan. Tetapi, juga sekaligus kegelisahan spiritual karena manusia selalu menjalani pengembaraan dimana tidak selalu bersifat fisik-ragawi, bahkan yang lebih penting adalah pengembaraan spiritual-batini. Bagi yang menghayati makna ini secara baik, pengembaraan semacam itu seolah merupakan sebuah imperatif yang harus ditunaikan oleh siapapun yang mengaku dan merasa sebagai manusia. Muara akhir yang akan dicapai adalah ketenangan batin dalam merambah kehidupan, sebuah kualitas yang harus dimiliki yakni kesadaran untuk merumuskan jati diri. INILAH LELAKON KAWRUH SANGKAN PARAN.
END
0 komentar:
Posting Komentar