Jumat, 21 November 2008

ISLAM DAN SENI

ISLAM DAN SENI

Oleh: Bachrum Bunyamin

ISLAM AGAMA FITRAH


Islam adalah agama samawi terakhir yang telah disempurnakan Allah sebagai satu-satunya agama yang diridloi di sisiNya. Agama Islam bersumber kepada wahyu Allah tersurat (Al-Qur’an) dan wahyu Allah tersirat (Al-Hadits) sebgai sumber segala sumber ajaran Islam dan menjadi landasan segala aktifitas para pemeluknya (umat Islam) dalam menjalankan tugas ibadah dan khalifah fil ardl, membangun budaya dan peradaban Islam di muka bumi. Oleh karena itu, menurut H.A.R.Gibb, Islam bukan hanya sekedar sebuah agama, tetapi ia juga merupakan peradaban yang sempurna (Badri Yatim, 1995 : 2). Oleh karena itu pula Islam tidak sama dengan agama yang lain, yang bisa dimasukkan ke dalam unsur universal kebudayaan, karena Islam merupakan agama yang menjadi landasan dan sumber kebudayaan, di dalam mana seni menjadi salah satu unsur universalnya.

Islam adalah agama fitrah, yaitu agama yang sesuai dengan tuntutan pembawaan watak manusia, yang menempatkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia pada proporsi yang semestinya serta menempatkan manusia pada posisi sebagai makhluk yang berharga diri (berkepribadian) (H.A.Azhar Basyir, 1991 : 9), sehingga karena itu ia mendapat kehormatan untuk mengemban tugas sebagai ‘abdun sekaligus khalifatun yang diwujudkan dalam pelaksanaan ‘ibadah dan khalifah fil ardli, yang di antara karyanya di muka bumi ini adalah membangun budaya (yang salah satu unsure universalnya adalah seni) dan peradaban yang berlandas pada agama Islam.

FITRAH SENI DALAM DIRI MANUSIA

Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) (AT-Tiin, 4-5).

Al-Hadis dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dari Nabi saw, beliau. bersabda yang artinya:
“Dari Abdullah Bin Mas’ud r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya terdapat sezarrah (seatom) kibr (kesombongan)”. Seseorang (dari Sahabat) berkata :”Sesungguhnya ada orang yang menyukai pakaiannya bagus, alas kakinya bagus”. Nabi SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan melecehkan manusia”. Hadits riwayat Imam

TEKS-TEKS AGAMA BERKENAAN DENGAN SENI

Teks-teks (nushush) Al-Qur’an atau As-Sunnah yang dianggap sebagai doktrin seni dalam Islam adalah ayat-ayat dari firman Allah dan sabda Nabi yang menjadi acuan bagi pengembangan senibudaya dalam dunia Islam. Di antara teks-teks doktrin seni dimaksud adalah :

A. Allah Itu Indah Dan Mencintai Keindahan
“Dari Abdullah Bin Mas’ud r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “Tidak akan masuk sorga orang yang dalam hatinya terdapat sezarrah (seatom) kibr (kesombongan)”. Seseorang (dari Sahabat) berkata :”Sesungguhnya ada orang yang menyukai pakaiannya bagus, alas kakinya bagus”. Nabi SAW bersabda :”Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan melecehkan manusia”. Hadits riwayat Imam Muslim.

Keindahan adalah ciri utama seni. Seni adalah limpahan kemahaindahan Allah pada manusia dan alam semesta. Keindahan itu akan menghantarkan manusia masuk sorga, bila manusia tidak menodainya dengan kibr (kesombongan) yang biasa bersemayam di hatinya.

B. Penyair/Sastrawan/Seniman : ada yang iman dan ada yang kafir
“Maukah Aku beritakan pada kamu sekalian, kepada siapa syetan-syetan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta yang banyak dosa. Yang menghadapkan pendengaran (kepada syetan-syetan itu) dan kebanyakan mereka adalah para pendusta. Dan (juga turun kepada) para penyair yang mereka itu diikuti oleh orang-orang sesat. Tidakkah kau lihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah? Dan bahwasanya mereka suka mengatakan sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. Kecuali orang-orang (para penyair, sastrawan, seniman) yang beriman, banyak beramal salih, banyak berzikir mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah mereka teraniaya. Sedangkan orang-orang zalim itu pasti akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali”. (Q.S.Asy-Syu’ara’, 26 : 221-227).

Ayat-ayat Al-Qur’an di atas menunjukkan adanya dua komunitas seniman menurut Islam :

1. Komunitas seniman yang didatangi atau berhubungan dengan syetan. Ciri-ciri yang dapat dilihat dari komunitas seniman yang demikian itu adalah :

a. Diikuti oleh orang-orang sesat

b. Suka mengembara di lembah-lembah untuk mencari inspirasi

c. Mengatakan sesuatu yang mereka sendiri tidak melakukannya.

2. Komunitas seniman yang terbebas dari pengaruh syetan dan terhindar dari ciri-ciri seniman yang didatangi atau berhubungan dengan syetan. Ciri-ciri yang dapat dilihat dari komunitas seniman yang demikian itu adalah :

a. Memiliki keimanan teguh yang terpancar dalam aktifitas dan proses kreatifitasnya

b. Banyak melakukan amal-amal salih.

c. Banyak berdzikir mengingat Allah

d. Mendapat kemenangan setelah mereka dizalimi


C.Puisi : ada yang baik ada yang buruk

1. Ketika Nabi Muhammad SAW mendengar kata-kata Thorofah bin al-‘Abd, penyair Arab Jahiliyah (pra Islam) dalam bait puisi yang artinya :


Hari-hari akan memperlihatkan padamu

Berbagai berita yang dulu kamu tidak tahu

Dan orang-orang yang tidak kamu bekali

Akan memberimu berbagai informasi


maka Beliau SAW. bersabda :

“Sesungguhnya sebagian dari puisi itu benar-benar merupakan kata-kata bijak (hikmah)”.

2. Hadits dari Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori menyatakan :

“Nabi (Muhammad) SAW. Bersabda :”Sebenar-benar kata yang diucapakan oleh penyair adalah kata-kata Labid :”Ingatlah, segala sesuatu selain Allah adalah batil”. Umayyah Bin Abi Ash-Sholt, nyaris menjadi muslim”.

3. Hadits dari Abu Hurairah r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori, menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Rongga perut salah seorang dari kalian sungguh lebih baik berisi nanah daripada berisi puisi”.

Menurut Dr. Ahmad Asy-Syarbasyi, mantan Syeikh Al-Azhar, hadits tersebut perlu pelurusan, karena dalam proses periwayatannya ada kata-kata yabng hilang. Menurutnya, hadits tersebut seharusnya berbunyi : “Rongga perut salah seorang dari kalian sungguh lebih baik berisi nanah daripada berisi puisi yang membuat kamu dicerca orang”.

4. Hadits dari Al-Barro’ r.a.yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori menyatakan bahwa Nabi (Muhammad) SAW bersabda kepada Hasan Bin Tsabit, yang terkenal dengan panggilan Penyair Rasul :

“Cercalah mereka, Jibril bersamamu!”.

5. Ka’ab Bin Malik bertanya kepada Rasul Allah SAW. Tentang tanggapan beliau terhadap puisi. Rasul Allah SAW. Bersabda :


“Orang mukmin berjihad (berjuang) dengan lisan dan pedangnya”.

Al-Hadits di atas menunjukkan :

1. Puisi (seni sastra) ada yang baik dan ada yang buruk. Yang baik adalah puisi yang mengandung hikmah, kebenaran, ketauhidan dan wawasan pengetahuan dan pencitraan yang benar. Yang buruk adalah puisi yang menimbulkan fitnah dan kekacaubalauan, yang menentang ketauhidan, menimbulkan syirik dan menentang kebenaran.

2. Penyair Arab Jahiliyah, meskipun mereka hidup dalam suasana penuh kemusyrikan, tetapi dalam karya mereka ada yang mengandung kebenaran, kebijakan dan keluasan wawasan. Hal itu seperti yang terdapat dalam karya Thorofah, Labid, Umayyah Bin Abi Ash-Sholt dan yang lainnya.

3. Islam membolehkan mencerca, mencaci orang-orang kafir yang memusuhi umat Islam dengan menggunakan puisi (karya sastra). Rasul Allah SAW memberikan motivasi kepada Hasan Bin Tsabit, yang dijuluki Penyair Rasul Allah, untuk mencerca orang-orang kafir dengan puisinya.

4. Dalam berjuang di jalan Allah orang-orang mukmin tidak hanya menggunakan peralatan perang sebagai senjata, tetapi juga menggunakan senjata kata-kata, termasuk di dalamnya karya sastra (seni).

D. Musik dan nyanyian merupakan tuntutan hidup manusia :

1. Imam Al-Bukhori meriwayatkan bahwa A’isyah, Ummul mukminin menghadiri walimah (resepsi) perkawinan gadis yatim asuhan beliau yang menikah dengan pemuda Anshor. Ketika A’isyah kembali, Rasulullah SAW bertanya kepada beliau :

“Hai A’isyah, apakah dalam acara itu tidak ada hiburan? Sesungguhnya orang-orang Anshor itu senang sekali dengan hiburan”.

Yang dimaksud dengan hiburan (lahw) dalam hadits tersebut adalah nyanyian yang diiringi musik. Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa beliau bertanya kepada A’isyah :”Apakah kalian tidak menyuruh seorang jariyah (pelayan perempuan yang pandai menyanyi dan memainkan alat musik) yang memukul rebana dan bernyanyi?”. A’isyah balik bertanya kepada beliau :”Apa yang harus dinyanyikan jariyah itu, ya Rasulullah?”. Beliau bersabda (mendendangkan lirik lagu yang artinya:

Kami datang pada kalian, kami datang pada kalian

Sambutlah kami, kami menyalami kalian

Andai bukan karena kekasih berambut pirang

Kami tak akan tinggal di pekampungan kalian


2. Imam An-Nasa-i meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Umumkanlah pernikahan ini dan laksanakanlah pernikahan itu di mesjid-mesjid dan ramaikanlah dengan tabuhan rebana”.

3. Imam An-Nasa-i meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Pemisah antara pernikahan yang halal dan yang haram adalah suara rebana dan nyanyian”.

4. Hadits riwayat Imam Al-Bukhori dari A’isyah r.a. menyatakan bahwa beliau berkata :

“Abu Bakar masuk (ke rumahku), sementara dalam rumahku ada dua orang gadis Anshor sedang menyanyikan legenda peristiwa Bu’ats. A’isyah mengatakan bahwa mereka berdua bukanlah seorang penyanyi. Abu Bakar berkata :”Pantaskah terompet syetan berada di rumah Rasulullah SAW? Hal itu terjadi pada hari raya. Rasulullah SAW bersabda :”Hai Abu Bakar, setiap kaum itu memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita”.

5. Hadits riwayat Imam Al-Bukhori dari A’isyah r.a. menyatakan bahwa A’isyah berkata :

“Rasulullah SAW masuk ke rumahku, sementara di dalam rumah ada dua orang jariyah (pembantu wanita) sedang menyanyikan legenda Bu’ats. Lalu beliau tiduran di atas tempat tidur sambil memalingkan wajahnya. Kemudian Abu Bakar masuk dan memarahiku, seraya berkata :”Pantaskah suara terompet syetah berada di dekat Nabi SAW”. Rasulullah SAW membalikkan tubuhnya ke arah Abu Bakar seraya berkata :”Biarkanlah!”. Ketika beliau berbalik lagi, aku memberi isyarat kepada ke dua penyanyi itu dengan kerdipan mata dan mereka berdua pun keluar dari rumah”.

Adalah pada hari raya, orang-orang Sudah (Kulit Hitam) melakukan atraksi dengan permainan perisai dan pedang. Saya meminta kepada Nabi SAW untuk menonton atau beliau sendiri menawarkan pada saya :”Apakah kamu mau menonton?”. Saya menjawab :”Ya”. Lalu beliau menggendong saya, pipiku menempel pada pipinya, sementara beliau bersabda :”Terus bermain, hai Bani Arfidah!”. Ketika saya sudah merasa bosan, beliau bersabda :”Sudah cukup?”. Saya menjawab :”Ya”. Beliau bersabda :”Pergilah!”.

6. Hadits riwayat Imam Al-Bukhori dari Abu Hurairah r.a. menyatakan:

“Ketika orang-orang Habsyi sedang bermain-main dengan pedang (memainkan tarian perang) di hadapan Nabi SAW, Umar datang lalu ia mengambil kerikil dan melemparkan pada mereka. Nabi bersabda:”Biarkan, hai Umar!”.

Al-Hadits di atas menunjukkan :

1. Dalam acara-acara gembira seperti pada hari raya dan acara pernikahan, dibolehkan adanya musik, nyanyian dan tarian.

2. Alat musik duff (rebana) yang disebutkan oleh hadits tersebut di atas menunjukkan salah satu alat musik yang ada dan dikenal pada masa Nabi SAW.

3. Orang-orang Sudan (Kulit Hitam) yang bermain dengan perisai dan pedang, menunjukkan bahwa pada masa itu sudah ada jenis tarian perang.

4. Boleh menonton pertunjukan kesenian sepanjang tidak mengganggu tugas ibadah dan khalifah.

E. Perupa (Pelukis & Pematung) : diancam azab ?!

1. Hadits riwayat Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim dari A’isyah r.a. mengatakan :

“Rasul Allah SAW pulang dari suatu perjalanan, sementara itu saya menutup jendela dengan kain yang bergambarkan patung. Ketika Rasul Allah SAW melihatnya, wajah beliau menjadi berubah, seraya bersabda :”Hai Aisyah, orang yang paling keras siksaannya di hadapan Allah di hari kiamat adalah orang-orang yang meniru ciptaan Allah”. Aisyah melanjutkan :”Lalu kami memotongnya dan menjadikannya dua sarung bantal “.

2. Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas yang menyatakan :

“Saya mendengar Rasul Allah SAW bersabda :”Setiap perupa (pelukis, pematung) dimasukkan neraka. Pada setiap lukisan/patung yang dibuatnya dijadikan bernyawa, lalu menyiksanya di dalam neraka Jahannam”. Ibnu Abbas menyatakan :”Jika anda dituntut mesti harus melukis/membuat patung, buatlah pepohonan dan benda-benda yang tidak bernyawa”.

3. Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas yang menyatakan :

“Saya mendengar Rasul Allah SAW bersabda :”Barangsiapa menggambar/ memahat suatu gambar/patung di dunia, di akhirat dia akan dibebani agar memberinya ruh (nyawa), sementara dia tidak akan pernah bisa memberinya ruh”.

4. Hadits riwayat Imam Al-Bukhori dan Imam Muslim dari Ibnu Mas’ud menyatakan :

“Saya mendengan Rasul Allah SAW bersabda :”Sesungguhnya manusia yang menanggung siksaan yang paling berat pada hari kiamat adalah para perupa”. Hadits riwayat Imam Muslim.

Al-Hadits di atas menunjukkan bahwa :

1. Perupa (pelukis, pematung dsb) mendapat ancaman keras.

2. Dimaksud dengan gambar / patung dalam sabda-sabda tersebut adalah gambar, atau patung dari makhluk bernyawa, yaitu manusia dan binatang.

SIKAP PARA ULAMA DAN UMAT ISLAM TERHADAP SENI

Bertolak pada pemahaman tekstual dan kontekstual terhadap teks-teks Al-Qur’an dan Al-Hadits yang berkenaan dengan seni, para Ulama diikuti umat Islam terbagi kepada dua kubu, yaitu :

1. Kubu para Ulama yang menyatakan bahwa teks doktrin tentang seni bersifat tekstual, yang berarti bahwa hukum-hukum yang terkandung di dalamnya berlaku untuk sepanjang zaman.

2. Kubu para Ulama yang menyatakan bahwa doktrin tentang seni dalam Islam bersifat kontekstual, sehingga hukum-hukum yang terkandung di dalamnya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat doktrin itu lahir. Dengan demikian, bisa saja suatu doktrin, ketika disampaikan pertama kali mengandung hukum larangan keras (haram), dalam perkembangan situasi dan kondisi bisa berubah menjadi mubah (boleh) karena latar belakang atau penyebab awal disampaikannya doktrin (asbabun nuzul Al-Qur’an dan asbabul wurud Al-Hadits) sudah tidak sama dengan situasi dan kondisi yang ada di masa-masa sesudahnya.

Kubu mana pun yang dipilih, masing-masing mempunyai landasan dan argumen yang kuat. Yang penting masing-masing kubu hendaknya menyadari bahwa perbedaan pendapat dalam melakukan interpretasi suatu teks doktrin keagamaan itu adalah manusiawi dan tidak perlu dijadikan pemicu suatu pertikaian yang memecahbelah ukhuwwah islamiyah dan ukhuwwah insaniyah.

MENCIPTA DAN MENIKMATI SENI

Dalam mencipta dan menikmati karya seni seniman dan penikmat seni muslim hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

1. Atas dasar diciptakannya manusia sebagai hamba dari Khaliknya dalam keadaan yang sama, yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya hanyalah dari tingkat ketakwaannya.

2. Secara teoritis, manusia muslim memiliki tiga kemampuan dasar untuk mengembangkan kebudayaan. Pertama : rasa/imajinasi untuk mengembangkan estetika, kagum, terharu, sehingga berperasaan tajam dan berdaya cipta. Kedua : fikiran. Yaitu rasio untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga :iman (ucapan dan perbuatan) terhadap Islam. (Pemikiran A.Sadali dari Al-Qur’an Surat Ali Imran : 190-191).

3. Agama Islam adalah wahyu Allah SWT, merupakan sistem nilai yang mengandung tiga potensi di atas dan mengakuinya sebagai fitrah manusia. Ketiga potensi tersebut secara bersama-sama dapat dipakai untuk menemukan kebenaran tertinggi, yaitu kebenaran Allah SWT. Sebagai acuan dari kebudayaan yang dikembangkan oleh manusia dalam tujuannya menjadi manusia yang paripurna (Ulil Albab).

4. Seni adalah suatu penjelmaan rasa keindahan yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara “alat-alat komunikasi” ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra.

5. Kualitas seni Islam dan yang membedakannya denan seni lainnya adalah cikal bakal sumber seni Islam itu sendiri. Yaitu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

6. Tanpa dua sumber spiritual Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah, tidak akan ada seni Islam.

7. Dalam sejarah, seni Islam mengalami kemunduran dan hancur sama sekali karena spiritualitas dan intelektualitas yang memberikan daya hidupnya telah terabaikan.

8. Rasa seni adalah perasaan keindahan yang ada pada setiap manusia normal yang dibawa sejak lahir. Yang merupakan sesuatu yang mendasar dalam kehidupan manusia yang menuntut penyaluran dan pengawasan, baik dalam melahirkannya maupun dengan menikmatinya. Artinya, kualitas keimanan seorang muslim terhadap Islam sangat mempengaruhi pandangannya terhadap realitas (Tuhan, manusia dan alam).

9. “Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan.” (Hadits riwayat Imam Muslim). Manusia diwajibkan menjadi khalifah untuk alam semesta di bumi ini, membentuk keindahan, kedamaian dan kemakmuran. Keindahan Islam tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahiriaahnya. Tetapi juga bathinnya.

10. Islam adalah agama fitrah. Yaitu agama yang berisi ajaran-ajaran yang tidak bertentangan dengan fitrah manusia. Justru menyalurkan dan mengatur tuntun[t]an fitrah tersebut. Termasuk dalam hal ini fitrah rasa seni. Karena itu seni tidak bebas nilai.

11. Strategi kebudayaan Islam menyetukan dimensi ajaran kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan dimensi ijtihad dan tajdid sosial keagamaan. Ciri khas strategi kebudayaan Islam adalah adanya hubungan yang erat dan timbal balik antara sisi normativitas Al-Qur’an dan As-Sunnah serta historis pemahamannya pada wilayah kesejarahan tertentu.

12. Menciptakan dan menikmati karya seni hukumnya mubah (boleh) selama tidak mengarah atau tidak mengakibatkan fasad (kerusakan), dlarar (bahaya), ‘ishyan (kedurhakaan) dan ba’id ‘anillah (jauh dari Allah), yang merupakan rambu-rambu proses penciptaan dan menikmatinya.

1) Fasad : merusak. Mencipta dan menikmat-inya berakibat merusak, baik yang mencip-takannya maupun orang lain daan lingkungan. Meliputi merusak aqidah, ibadah, dan hubungan sosial.

2) Dlarar : bahaya. Mencipta dan menikmatinya menimbulkan bahaya pada diri pencipta maupun penikmatnya.

3) ‘Ishyan : durhaka. Mencipta dan menikmatinyamendorong kepada pelanggaran hukum agama atau durhaka kepada Allah, orang tua, atau suami-istri (bagai yang berkeluarga).

4) Ba’id ‘anillah : jauh dari Allah. Mencipta dan menikmatinya menghalangi ibadah. (Amri Yahya, 1990).

Berdasarkan catatan-catatan di atas, dapat dirumuskan bahwa seni budaya dalam Islam adalah keahlian mengekpresikan ide-ide dan pemikiran estetika dan keahlian mewujudkan kemampuan serta imajinasi penciptaan benda, suasana atau karya yang mampu menimbulkan rasa indah dengan berdasartolak dan merujuk kepada sumber segala sumber ajaran-ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wujud kongkrit seni budaya yang tumbuh dan berkembang dalam dunia Islam sebagai produk budaya dan peradaban umat Islam meliputi : sastra, musik, seni suara, teater, seni rupa, seni pahat, dekorasi, kerajian, kaligrafi dan arsitektur.

DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an Al-Kariim

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Al-Mughirah, 1422 H, Shahih Al-Bukhari, Muhaqqiq: Muhammad Zuhair Bin Nashir an-Nashir, t.k.t : Dar Thauq an-Najaah, cet. 1.

Amri Yahya, 1990, “Kebudayaan dan Kesenian dalam Perspektif Islam” pokok-pokok ceramah seni dalam studium general pada acara Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek) mahasiswa baru IAIN Sunan Kalijaga.

An-Nawawi, al-Imam Abi Zakariya Yahya Bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi, 1990, Riyadl al-Sholihin, Jeddah : Dar al-Qiblah li al-Tsaqofah al-Islamiyah.

Azhar Basyir, H.A., 1991, Pendidikan Agama Islam 1 (‘Aqidah), Yogyakarta : Perpustakaan Fakultas Hukum UII.

Badri Yatim, 1995, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Muslim Bin Al-Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, Tahqiq: Muhammad Fuad Abdul Baqi’, Beirut : Daru Ihya’ at-Turaats al-‘Arabi, t.t.

Sulaiman Bin al-Asy’ats Abu Daud as-Sijistani al-Azdi, t.t.,Sunan Abi Daud, Tahqiq: Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, t.k.t. : Dar al-Fikr.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Madinah al-Munawwarah : Majma’ Al-Malik Fahd Li Thiba’at al-Mushhaf Asy-Syariif, , t.t.

0 komentar: